Selasa, 02 Juni 2009

WiMax (Worldwide Interoperability for Microwave Access)


WiMax diprediksi akan menjadi alternatif untuk menggantikan koneksi biaya tinggi dalam investasi pengadaan DSL dan kabel di masa mendatang. Harapannya, penetrasi koneksi alternatif dengan cepat dan murah dapat diperluas ke wilayah yang sampai saat ini belum dapat dijangkau kabel dan internet berkecepatan tinggi. Teknologi WiMAX memungkinkan kita memancarkan berbagai sinyal dalam jarak yang sangat berdekatan. Hasilnya, kita bisa menumpangkan lalu lintas data dengan kepadatan tinggi dalam berbagai kanal. Dengan banyaknya kanal yang bisa ditumpangi oleh data yang berlimpah dalam satu waktu, ISP broadband bisa menghadirkan layanan berbasis kabel atau DSL untuk banyak pelanggan sebagai pengganti media kabel tembaga. Sampai sejauh ini, segmen penggunaan teknologi WiMAX memang ditujukan untuk penggunaan di segmen Metropolitan Area Networks (MAN) yang meliputi area dalam radius 50 km. Berdasarkan hasil riset TelecomViews, pada tahun 2009 diperkirakan lebih dari 40% pasar broadband nirkabel akan dikuasai WiMax. Akan tetapi, anggapan yang menyatakan bahwa 3G akan dikalahkan oleh WiMax tidaklah beralasan. Bahkan, kemungkinan besar kedua teknologi tersebut akan bergandengan tangan”. Alasannya, 3G sudah lebih mapan dibanding WiMax, dan sudah banyak dipasang oleh berbagai negara. Untuk prospek WiMax sendiri, terbilang cerah karena menawarkan kesempatan bagi operator telekomunikasi alternatif untuk menawarkan layanan broadband dengan harga bersaing bagi pelanggannya, baik di daerah metropolitan, pedesan, atau di kota kecil dengan infrastruktur terbatas. Kombinasi dengan teknologi lain seperti VoIP juga dapat menjadi peluang bisnis baru. Selain itu, teknologi WiMAX dapat melayani para subscriber, baik yang berada dalam posisi Line Of Sight (posisi perangkat-perangkat yang ingin berkomunikasi masih berada dalam jarak pandang yang lurus dan bebas dari penghalang apa pun di depannya) dengan BTS maupun yang tidak memungkinkan untuk itu (Non-Line Of Sight). Jadi di mana pun para penggunanya berada, selama masih masuk dalam area coverage sebuah BTS (Base Transceiver Stations), mereka mungkin masih dapat menikmati koneksi. Kelebihan lain dari teknologi WiMax, kita bisa memasang PCI card yang kompatibel dengan standar WiMax jika ingin berinternet murah, mudah, dan nyaman dengan kualitas broadband. Jadi, tidak perlu repot. Namun, untuk Indonesia, kita harus sedikit bersabar karena teknologi ini masih membutuhkan waktu untuk dapat tersedia secara massal di Indonesia. Contoh terdekat dalam pemanfaatan WiMax di Indonesia yaitu infrastruktur yang dibangun untuk menyediakan solusi distribusi akses Internet di Aceh pasca tsunami. Akibat tsunami, praktis sebagian besar infrastruktur kabel telekomunikasi di pantai barat Aceh mengalami kerusakan. Solusi yang paling mungkin adalah menggunakan infrastruktur nirkabel. Untuk nirkabel, teknologi yang umum digunakan adalah jaringan WiFi yang beroperasi pada frekuensi 2,4GHz. Untuk Aceh, solusi menggunakan WiFi dirasakan kurang memenuhi kebutuhan karena jangkauannya sangat terbatas, dan besarnya arus data yang bisa dilewatkan. Karena itu, digunakan perangkat WiMax di mana semua base station terhubung langsung dengan titik terminasi jaringan kabel serat optik bawah laut di pantai Banda Aceh yang telah dibangun oleh Global Marine Systems Limited (GMSL) asal Inggris. Setiap base station menggunakan interbase backhaul yang redundant sehingga jika pada salah satu jalur koneksi terjadi kerusakan, koneksi tidak akan terputus karena base station itu masih dapat bekerja menggunakan jalur cadangan. Di setiap base station akan dipasang perangkat router yang berfungsi sebagai pengatur bandwidth sekaligus firewall. Pengaturan routing menggunakan Border Gateway Protocol (BGP) sehingga proses routing dapat berlangsung secara dinamis dan otomatis. Akan tetapi, untuk Indonesia perkembangan WiMax bukan tanpa kendala, terutama yang berhubungan dengan masalah kebijakan dan regulasi pemerintah untuk regulasi nirkabel. Selain masalah regulasi, dibutuhkan selang waktu beberapa lama sebelum WiMax digunakan di masyarakat. Apalagi perangkat WiMax masih sangat mahal karena produksinya masih terbatas. Di samping itu, perangkat-perangkat berteknologi WiMax yang sekarang sudah ada di pasaran juga belum melewati proses sertifikasi dari WiMax Forum sehingga belum dijamin kinerja maupun kompabilitasnya satu sama lain.WiMax diprediksi akan menjadi alternatif untuk menggantikan koneksi biaya tinggi dalam investasi pengadaan DSL dan kabel di masa mendatang. Harapannya, penetrasi koneksi alternatif dengan cepat dan murah dapat diperluas ke wilayah yang sampai saat ini belum dapat dijangkau kabel dan internet berkecepatan tinggi. Teknologi WiMAX memungkinkan kita memancarkan berbagai sinyal dalam jarak yang sangat berdekatan. Hasilnya, kita bisa menumpangkan lalu lintas data dengan kepadatan tinggi dalam berbagai kanal. Dengan banyaknya kanal yang bisa ditumpangi oleh data yang berlimpah dalam satu waktu, ISP broadband bisa menghadirkan layanan berbasis kabel atau DSL untuk banyak pelanggan sebagai pengganti media kabel tembaga. Sampai sejauh ini, segmen penggunaan teknologi WiMAX memang ditujukan untuk penggunaan di segmen Metropolitan Area Networks (MAN) yang meliputi area dalam radius 50 km. Berdasarkan hasil riset TelecomViews, pada tahun 2009 diperkirakan lebih dari 40% pasar broadband nirkabel akan dikuasai WiMax. Akan tetapi, anggapan yang menyatakan bahwa 3G akan dikalahkan oleh WiMax tidaklah beralasan. Bahkan, kemungkinan besar kedua teknologi tersebut akan bergandengan tangan”. Alasannya, 3G sudah lebih mapan dibanding WiMax, dan sudah banyak dipasang oleh berbagai negara. Untuk prospek WiMax sendiri, terbilang cerah karena menawarkan kesempatan bagi operator telekomunikasi alternatif untuk menawarkan layanan broadband dengan harga bersaing bagi pelanggannya, baik di daerah metropolitan, pedesan, atau di kota kecil dengan infrastruktur terbatas. Kombinasi dengan teknologi lain seperti VoIP juga dapat menjadi peluang bisnis baru. Selain itu, teknologi WiMAX dapat melayani para subscriber, baik yang berada dalam posisi Line Of Sight (posisi perangkat-perangkat yang ingin berkomunikasi masih berada dalam jarak pandang yang lurus dan bebas dari penghalang apa pun di depannya) dengan BTS maupun yang tidak memungkinkan untuk itu (Non-Line Of Sight).



Jadi di mana pun para penggunanya berada, selama masih masuk dalam area coverage sebuah BTS (Base Transceiver Stations), mereka mungkin masih dapat menikmati koneksi. Kelebihan lain dari teknologi WiMax, kita bisa memasang PCI card yang kompatibel dengan standar WiMax jika ingin berinternet murah, mudah, dan nyaman dengan kualitas broadband. Jadi, tidak perlu repot. Namun, untuk Indonesia, kita harus sedikit bersabar karena teknologi ini masih membutuhkan waktu untuk dapat tersedia secara massal di Indonesia. Contoh terdekat dalam pemanfaatan WiMax di Indonesia yaitu infrastruktur yang dibangun untuk menyediakan solusi distribusi akses Internet di Aceh pasca tsunami. Akibat tsunami, praktis sebagian besar infrastruktur kabel telekomunikasi di pantai barat Aceh mengalami kerusakan. Solusi yang paling mungkin adalah menggunakan infrastruktur nirkabel. Untuk nirkabel, teknologi yang umum digunakan adalah jaringan WiFi yang beroperasi pada frekuensi 2,4GHz. Untuk Aceh, solusi menggunakan WiFi dirasakan kurang memenuhi kebutuhan karena jangkauannya sangat terbatas, dan besarnya arus data yang bisa dilewatkan. Karena itu, digunakan perangkat WiMax di mana semua base station terhubung langsung dengan titik terminasi jaringan kabel serat optik bawah laut di pantai Banda Aceh yang telah dibangun oleh Global Marine Systems Limited (GMSL) asal Inggris. Setiap base station menggunakan interbase backhaul yang redundant sehingga jika pada salah satu jalur koneksi terjadi kerusakan, koneksi tidak akan terputus karena base station itu masih dapat bekerja menggunakan jalur cadangan. Di setiap base station akan dipasang perangkat router yang berfungsi sebagai pengatur bandwidth sekaligus firewall. Pengaturan routing menggunakan Border Gateway Protocol (BGP) sehingga proses routing dapat berlangsung secara dinamis dan otomatis. Akan tetapi, untuk Indonesia perkembangan WiMax bukan tanpa kendala, terutama yang berhubungan dengan masalah kebijakan dan regulasi pemerintah untuk regulasi nirkabel. Selain masalah regulasi, dibutuhkan selang waktu beberapa lama sebelum WiMax digunakan di masyarakat. Apalagi perangkat WiMax masih sangat mahal karena produksinya masih terbatas. Di samping itu, perangkat-perangkat berteknologi WiMax yang sekarang sudah ada di pasaran juga belum melewati proses sertifikasi dari WiMax Forum sehingga belum dijamin kinerja maupun kompabilitasnya satu sama lain.

IPTV - Internet Protocol Television


IPTV ialah sebuah sistem yang digunakan untuk mengirim layanan televisi digital kepada konsumen yang terdaftar (sebagai subscriber) dalam sistem tersebut. Pengiriman (sinyal) digital televisi tersebut memungkinkan diselenggarakan dengan menggunakan Internet Protocol melewati sebuah koneksi broadband, biasanya digunakan dalam sebuah network termanajemen (jaringan yang terorganisasi sendiri) yang lebih baik daripada internet publik dengan tujuan agar kualitas pelayanan terjamin. Kebanyakan layanan ini disediakan bersama dengan permintaan fasilitas video. Sebagai tambahan, terdapat ketentuan terhadap pemanfaatan layanan internet seperti akses web dan Voice over Inrternet Protocol. Dalam kasus ini, ketika internet layanan internet juga disediakan, akan disebut sebagai Triple Play.

Saat ini, IPTV sedang enjadi pembicaraan panas di seluruh dunia. Pemberitaan media masa ialah nilai dari sejumlah contoh dan cerita sederhana, dan gambaran masa depannya. IPTV merupakan sistem yang sangat berguna, lantas Anda bisa menerima sinyal televisi dan video disamping dengan layanan-layanan multimedia lain dengan memanfaatkan koneksi internet.

Perlu diingat bahwa IPTV tidak seperti program televisi broadcast biasa yang menggunakan internet, tetapi lebih dari itu, IPTV ini dikatakan unik. Garis bentuknya diwakili oleh sistem tertutup, sistem televisi berhakpaten, yang mirip dengan layanan kabel akhir-akhir ini. Namun perbedaannya, pengiriman IPTV dibuat lewat channel-channel verbasis IP yang aman, yang mengakibatkan peningkatan tajam dalam kontrol distribusi content.

Aturan dari IPTV ialah mengintegrasikan sejumlah cara untuk meneliti dan mengikuti kebutuhan-kebutuhan user. Aturan ini juga memberi beberapa batasan dan pilihan melalui sebuah periode waktu yang khusus. Oleh sebab itu kemunculannya disebabkan kesempurnaan platform yang mana para pengguna dapat menambah fitur e-commerce maupun target iklan yang lebih banyak.

IPTV menggunakan sebuah Internet Protocol melalui koneksi broadband dan yang paling sering, layanan ini telah tersedia secara paralel dengan koneksi internet dari subscriber (pelanggan), disuplai oleh operator yang menggunakan layanann broadband. Ini dilakukan dengan menggubnakan infrastruktur yang sama, tetapi nampaknya melalui sebuah alokasi bandwidth yang tetap (dedicated bandwidth). Oleh sebab itu, kita bisa menjelaskan ini sebagai sebuah sistem di mana layanan televisi digital disediakan untuk melayani konsumen melalui koneksi broadband menggunakan Internet Protocol (IP).

Sebagai tambahan, salah satu yang harus diingat bahwa IPTV terlihat jelas berbeda dengan video internet. Video internet menyediakan layanan dalam menonton video, seperti preview film dan webcam. Layanan ini sering disebut “best effort” oleh penyedia jasa internet, yang tidak memiliki servis manajemen “back-to-back” bersama dengan pertimbangan-pertimbangan kualitas layanan.

Perbedaannya, teknologi IPTV lebih luas, user friendly (mudah digunakan), dan disatukan dengan teknologi akses DSL (Digital Subscriber Line) berkecepatan tinggi, seperti Asymetric Digital Subscriber Line (ADSL2), ADSL2+ dan Very High Data Rate Digital Subscriber Line (VDSL). Tentu saja hal ini menawarkan nilai tambah, menciptakan kesempatan baik bagi industri penyedia layanan telekomunikasi. Oleh sebab itu, IPTV memberi peluang para provider dalam berpartisipasi dan menyediakan efisiensi pada pasar “Triple Play” (suara, video, dan internet).